body{ background:#ded8c0; color:#28261A; font:12px verdana,arial,Sans-erif; text-align:left; margin:0; line-height:1.6em; }

Selasa, 04 Desember 2012

Wajah Minus Pendidikan di Indonesia


Seiring zaman yang semakin berkembang, pendidikan di Indonesia juga turut berkembang. Pemerintah telah berulang kali memperbarui kurikulum pendidikan di Indonesia demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang sesuai dengan Undang-undang pendidikan yakni nomor 20 tahun 2003. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sendiri itu tidak mudah, pemerintah tidak hanya mengatur para pelajarnya saja, tetapi juga semua komponen-komponen yang ikut di dalamnya. Dalam artikel ini, saya akan membahas sisi negatif dari tiga komponen penting dalam pendidikan. Sebut saja peserta didik, pendidik, dan juga lingkungan pendidikan.
Dari segi peserta didik, menurut saya peserta didik atau pelajar pada sekarang ini mengalami krisis moral. Dari mulai  keagamaan, sosial, serta kepribadian yang mereka miliki. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya pelajar yang sudah tidak memiliki sopan dan santun terhadap guru, pelajar yang sering sekali terlibat tawuran antar pelajar, pelajar yang melakukan penyimpangan seksual, serta pelajar yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum lainnya. Pada hal kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pelajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Bukan malah menghancurkan moral anak bangsa.
Dari segi pendidik atau guru, guru disini kurang memberikan suatu bimbingan yang baik terhadap siswanya. Mereka menganggap bahwa peserta didik adalah manusia dalam ukuran mini, yang tidak berdaya dan tidak perlu di khawatirkan. Pada hal makna sebenarnya, peserta didik adalah manusia yang akan berkembang menuju kedewasaan. Dan untuk itu di perlukan bimbingan orang dewasa untuk membimbingnya dan mengarahkannya. Semua itu dilakukan demi terwujudnya generasi yang baik, yang mampu membangun bangsa ke arah lebih baik. Selanjutnya yang mengejutkan, ditemukan bahwa guru ikut mengajarkan peserta didik untuk tidak jujur, contohnya saja dalam kasus ujian nasional. Guru ikut serta memberikan bocoran jawaban kepada peserta didik mereka. Karena guru merasa malu apabila anak didik mereka ada yang tidak lulus. Tidak hanya guru yang merasa malu, tapi kepala sekolah, kepala dinas, bupati, sampai gubernur. Maka di tempuhlah berbagai cara, agar anak didik mereka lulus.
 Dari segi lingkungan pendidikan, ada satu hal yang saya garis bawahi. Yaitu, lingkungan fisik. Lingkungan fisik pendidikan di Indonesia belum merata, terutama untuk wilayah desa. Pendidikan di desa banyak sekali yang tidak memiliki laboratorium, perpustakaan yang keduanya sangat penting dalam memaksimalkan proses belajar dan pembelajaran yang ada. Bahkan ada lingkungan pendidikan yang tidak memilki gedung sekolah, pada hal baik sekolah di desa dan di kota juga  memilki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dengan lingkungan yang baik.

Dunia Pendidikan


Seiring berkembangnya zaman, pendidikan di Indonesia juga turut berkembang. Pemerintah telah berulang kali memperbarui kurikulum pendidikan Indonesia demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang sesuai dengan Undang-undang pendidikan yakni nomor 20 tahun 2003. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sendiri itu tidak mudah, pemerintah tidak hanya mengatur para pelajarnya saja, tetapi juga semua komponen-komponen yang ikut di dalamnya. Dalam artikel ini, saya akan membahas tiga komponen penting dalam pendidikan. Sebut saja peserta didik, pendidik, dan juga lingkungan pendidikan.
Dari segi peserta didik, demi terwujudnya pendidikan yang baik maka peserta didik harus menyadari tentang arti pentingnya pendidikan bagi mereka, bahwa dengan pendidikan mampu memuliakan sifatnya sebagai manusia. Ketika peserta didik menyadari itu, peserta didik tidak hanya bergantung pada guru sebagai sumber belajar. Mereka akan secara aktif mengembangkan potensi mereka sendiri, mereka akan secara aktif untuk menggali potensi mereka demi terwujudnya manusia atau insan yang kamil.
Dari segi pendidik, ada dua hal yang saya garis bawahi. Pertama, bahwa peserta didik bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi peserta didik adalah mausia yang akan berkembang menuju kedewasaan. Dan untuk itu di perlukan bimbingan orang dewasa untuk membimbingnya demi terwujudnya manusia ynag memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, seiring berkembangnya tekhnologi itu tidak menjadikan pekerjaaan seorang guru semakin mudah, akan tetapi semakin berat. Disamping guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik, guru juga harus mengajarkan kepada peserta didik tentang  apa yang boleh, dan tidak boleh di lakukan, atau di akses pada tekhnologi misalnya internet. Guru harus benar-benar mampu membimbing peserta didik untuk memahami keuntungan dan kerugian tekhnologi bagi peserta didik. Sehingga peserta didik mampu melakukan suatu pengendalian diri yang baik terahadap perkembangan tekhnologi yang semakin berkembang.
Dari segi lingkungan pendidikan, ada dua hal yang saya garis bawahi. Pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik pendidikan di Indonesia belum merata, terutama untuk wilayah desa. Pendidikan di desa banyak sekali yang tidak memiliki laboratorium, perpustakaan yang keduanya sangat penting dalam memaksimalkan proses belajar dan pembelajaran yang ada, bahkan ada lingkungan pendidikan yang tidak memilki gedung sekolah, pada hal baik sekolah di desa dan di kota juga  memilki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dengan lingkungan yang baik sama halnya dengan pendidikan di kota. Kedua yaitu lingkungan psikologis, yakni hubungan antar warga sekolah itu harus harmonis, sopan, santun, dan hormat. Jangan sampai peserta didik dalam proses belajar dan pembeajaran merasa tertekan, bosan, tidak nyaman. Itu akan sangat mempengaruhi mental peserta didik dalam mengembangkan potensi mereka.

Rabu, 28 November 2012

Konsep Dasar pembelajaran


KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
(PERSIAPAN, PENYAMPAIAN, LATIHAN, DAN
PENAMPILAN HASIL)
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas Strategi Pembelajaran
Yang di bina oleh :
Bpk.Wanda Ramansyah, S.Pd., M.Pd








Kelompok : II
Nama Anggota :
Lutvi Anggraini             (120611100004)
Mufattohatun Nikmah (120611100040)
Vera Novianti                (120611100044)

Program Studi PGSD
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
September 2012
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenatanpa berkat dan rahmat-Nya, mungkin kami tidak akan mampumenyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun sholawat dan salam untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW. Rasa terimakasih juga banyak terucap kepada Bpk.Wanda Ramansyah,S.Pd,. M.Pd,  selaku dosen matakuliah Strategi Pembelajaran. Tak lupa juga ucapan terima kasih kami berikan kepada teman-teman yang selama ini saling membantu dan mendukung dalam pengerjaan makalah ini.
Adapun makalah yang berjudul Konsep Dasar Pembelalajaran (persiapan, penyampaian, latihan, dan penampilan hasil) ini berisi uraian-uraian mengenai , konsep dasar pembelajaran, perkembangan konsep dasar pembelajaran,  dan unsur-unsur pembelajaran. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Atas semua kesalahannya kami ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi kami sebagai penulis maupun bagi pembaca.


Bangkalan,17  September 2012


Tim Penulis



DAFTAR ISI

JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Konsep Dasar Pembelajaran   4
2.2 Perkembangan Konsep Dasar Pendidikan 6
2.3 Unsur dalam Pembelajaran   7
           2.3.1 Preparation (Persiapan) 7
                2.3.2 Presentation (Penyampaian) 9
            2.3.3 Practice (Pelatihan) 10
            2.3.4 Performance (Penampilan Hasil) 11
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.1 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap atau tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus dan merupakan suatu unsur yang sangat mendasar untuk setiap jenis maupun jenjang pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan akan mengalami suatu keberhasilan atau kegagalan bergantung dari peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik dalam lingkungan perkuliahan, keluarga, ataupun masyarakat. Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Untuk mencapai kelancaran dalam proses pembelajaran, perlu untuk mengetahui unsur-unsur pembelajaran. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang tahap-tahap pembelajaran yakni, preparation (persiapan), presentation (penyampaian), practice (pelatihan), dan performance (penampilan hasil).

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang di ajukan oleh penulis adalah
·           Jelaskan konsep dasar pembelajaran !
·           Bagaimana perkembangan konsep dasar pembelajaran  !
·           Jelaskan tahap-tahap pembelajaran!
yang meliputi :
-          Bagaimana persiapan dalam pembelajaran !
-          Bagaimana penyampaian dalam pembelajaran !
-          Bagaimana latihan dalam pembelajaran !
-          Bagaimana penampilan hasil dalam pembelajaran !
1.3  Tujuan Rumusan Masalah
Penulisan rumusan masalah ini bertujuan untuk :
·         Memahami konsep dasar pembelajaran.
·         Mengetahui bagaimana perkembangan konsep dasar pembelajaran.
·         Mampu menjelaskan tahap-tahap pembelajaran,
yang meliputi :
-persiapan dalam pembelajaran.
- penyampaian dalam pembelajaran.
- pelatihan dalam pembelajaran.
- penampilan hasil dalam pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan di pandang menjadi sesuatu hal yang di anggap ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Konsep tersebut dapat dipandang pula sebagai suatu sistem. Sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, dimana fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus telah dipersiapkan.
Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik, yang artinya terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pada uraian ini akan di bahas tentang pembekalan tehadap pemahaman tentang pembelajaran. Diantaranya juga akan berhubungan dengan  landasn-landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi, yang sering kali di temukan dalam sebuah  pembelajaran.



2.1.1 Landasan Konsep Pembelajaran
a. Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam bentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti  mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati  oleh manusia yang pada akhirnya akan menyadari bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. Karena dengan kita mempelajari tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemikiran tentang belajar akan terus berkembang.
b. Psikologis
Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.
c. Sosiologis
Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masayarakat sampai dengan negara dan bangsa. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka pemahaman akan belajar yang di tinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat di butuhkan dewasa ini.
d. Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pastiakan ditemukan suatu proses komunikasi.
2.2 Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subyek didik. Kenyataannya dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengolahan, dan transformasi informasi  oleh dan dari pengajar kepada  peserta didik.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Aqnew dkk (1996:17) mengungkapkan bahwa  belajar adalah kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal mendasar bagi seorang peserta didik. Meier (2002:103) mengungkapkan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat tahap, yakni preparation (persiapan), presentationm(penyampaian), practice (pelatiahn), dan performance (penampilah hasil)
2.3 Tahap-tahap Pembelajarn Manusia
2.3.1 Preparation (persiapan)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena terlalu semangat untuk mendapatkan materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Yang dimaksud persipan pembelajarn adalah ketika kita telah mempersiapkan dengan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa mendekati situasi belajar, biasanya peserta belajar seperti tidak merasakan adanya manfaat, ada rasa takut gagal, rasa benci pada topik pelajaran, keterpaksaan hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan hal diatas, maka tujuan persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini membangkitkan rasa ingin tahu pesrta didik, menciptakan lingkumgan fisik, emosional sosial yang positif. Karena banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, tehina, terkurung dan sebagainya. Jika mereka tidak menggangtikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal ini di karenakan gambaran negatif semacam itu cenderung mewarnai pengalaman dengan asumsi.
Asumsi negatif cenderung menciptakan negatif dan asumsi positif cenderung menciptakan pengalaman positif. Dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk mancapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan di capai. Ketika asumsi negatif sudah di gantikan dengan yang positif, maka rasa gembira dan lega dapat mempercepat pembelajaran mereka (Merton, 1986:235).
Pembelajaran memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan mereka lakukan sebagai hasinya Hal ini dapat di jelaskan dengan kata, gambar, contoh, demo atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak nyata dan konkrit bagi peserta bealajar.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tujuan cenderung di kaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran bahwa pembelajaran memiliki nilai bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu , penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu  agar pesrta didik bisa merasa terkait dengan topik pelajaran secara positif.
Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, di perlukan lingkungan kerja sama sejak awal. Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stress dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerjasama antar peserta didik menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagagsan, dan informasi mengalir bebas. Kita ketahui dunia kanak-kanak di tandai dengan keteerbukaan, kebebasan, kegembiraandan rasa ingin tahu yang sangat besar. Jika rasa ingin tahu ini berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka siap melebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yang baik. Selanjutnya, mereka dapat mencari jalan baru, membuat temuan baru, mempelajari keterampilan baru, dan kembali menjadi manusia yang tumbuh dan berkembang normal.
2.3.2 Presentation (penyampaian)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan,dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawal proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu secara aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, relevan, menyenangkan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilkukan melalui uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Presentase fasilitator berhasil jika dapat menimbulkan minat, menggugah rasa ingin tahu, dan memicu pembelajaran.
2.2.3 Practice (pelatihan)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70%atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan,truktur atau pendidik. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana mendukung kelancaran pelatihan.
Peranan instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukan kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilanbaru dengan berbagaicara.
2.2.4 Performance (penampilan hasil)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap programbelajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah kita mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nillai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi.
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti ; penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas penguatan penerapan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yakni :
1)      Konsep dasar pembelajaran berhubungan dengan landasn-landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi.
2)      Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subyek didik.
3)      Tahap persiapan adalah suatu tahapan yang bertujuan untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan dalam situasi optimal untuk belajar.
4)      Tahap penyampaian adalah suatu tahapan untuk membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, relevan, menyenangkan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar.
5)      Tahap pelatihan adalah tahapan untuk  membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagaicara.
6)      Tahap penampilan hasil adalah tahapan untuk  membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.
3.2 Saran
Dari pembahasan di atas, kami sebagai penulis menyarankan :
Kepada para pengajar.
Diharapkan untuk tidak menyepelekan adanya proses pembelajaran, terlebih pada tahap-tahap pembelajaran. Baik persiapan,penyamapaian, latihan, serta penampilan hasil. Karena jika salah satu terlewatkan maka proses pmbelajaran yang di harapkan akan kurang optimal.




DAFTAR PUSTAKA


=Di akses hari Selasa pada tanggal 18 September 2012=

Penyakit hati "Riya"


TUGAS               : PENDIDIKAN KARAKTER
NAMA                 : LUTVI ANGGRAINI
NIM                     : 120611100004
FAKULTAS        : ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
PRODI/KELAS           : PGSD/A

________o0o________
TUGAS :
Carilah masalah yang berkaitan dengan hati, kemudian buatlah solusinya !

v  Masalah     :
1)      Ibu Rina sedang mengadakan suatu acara pembagian sembako. Ibu Rina mengundang rekan-rekan pers. Dalam hati dan pikiran Ibu Rina, bahwa tindakannya tersebut untuk membuat semua orang mengetahui atau mengenal dirinya, dan juga Ibu Rina menginginkan semua orang memuji dirinya bahwa Ibu Rina adalah orang yang baik, ramah, suka berbagi terhadap orang lain.
2)      Bapak Santo adalah seorang yang sangat rajin pergi ke masjid., bahkan sebelum adzan beliau sudah bergegas ke masjid. Tapi semua itu ia lakukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat dan beliau terpilih menjadi Kepala Desa pemilu mendatang.
3)      Diki adalah seorang siswa yang gemar berpuasa Senin dan Kamis. Diki berpikiran, bahwa tindakannya tersebut untuk membuat dia di anggap oleh teman-temannya adalah sosok yang rajin dalam beribadah.
4)      Fara adalah seorang remaja yang baik, dia selalu membantu orang lain hanya ketika dalam suasana yang ramai. Dalam hati dan pikiran Fara, bahwa tindakannya tersebut untuk mendapatkan perhatian dari orang lain dan juga popularitas semata.
5)     Ibu Ramli seminggu yang lalu membantu tetangganya yang sedang kesusahan. Namun setiap kali Ibu Ramli sedang berkumpul dengan teman-temanya, atau setiap kali bertemu dengan tetangganya yang telah ia bantu, Ibu Ramli selalu mengingatkan pertolongan yang telah ia berikan terhadap tetangganya tersebut.
Maslahnya adalah, bolehkah kita beramal atau beribadah yang sekedar untuk mencari popularitas dan mendapatkan pujian saja ?

v  Penjelasan           :
1)      Pengertian Riya’
   Dari contoh-contoh masalah yang telah dituliskan, masalah-masalah tersebut merupakan ciri-ciri orang yang memiliki sikap riya’.
Apakah riya’ itu ?
Riya’ merupakan salah satu penyakit hati yang merupakan suatu usaha untuk memperlihatkan amalan ibadah tertentu seperti shalat, shaum (puasa), atau lainnya dengan tujuan agar mendapat perhatian dan pujian manusia.  Bahaya riya' selalu menyerang kepada seseorang yang melakukan ibadah atau aktifitas tertentu. Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa. Bersifat lembut karena masuk dalam hati secara halus sehingga kebanyakan orang tak merasa kalau telah terserang penyakit ini. Dan berdampak luar biasa, karena bila suatu amalan dijangkiti penyakit riya' maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala dan pelakunya mendapat ancaman keras dari Allah subhanahu wata'ala.
2)      Bentuk-bentuk Riya’
Bentuk-bentuk riya' beraneka ragam warnanya dan coraknya. Bisa berupa:
v  perbuatan,
v  perkataan, atau pun
v  penampilan
yang diniatkan sekedar mencari popularitas dan sanjungan orang lain.
3)      Bahaya penyakit Riya’
Penyakit riya' merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena memilki dampak negatif yang luar biasa. Allah subhanahu wata'ala.
tidak hanya mencela perbuatanya saja (riya'), tentu celaan ini pun tertuju kepada pelakunya. Bahkan Allah subhanahu wata'ala
juga mengancam bahwa kesudahan yang akan dialami orang-orang yang berbuat riya' adalah kecelakaan (kebinasaan) di akhirat kelak.

v  Solusi         :
Adapun cara untuk mencegah dan mengobati perbuatan riya' adalah:
1.      Kita harus mengetahui dan memahami bahwa Alloh memiliki sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat serta Maha Mengetahui apa-apa yang nampak ataupun yang tersembunyi. Jadi kalau kita mengetahui dan memahami itu dengan baik maka  kita  akan merasa diperhatikan dan diawasi oleh Allah subhanahu wata'ala.
2.      Kita harus selalu mengingat akan kematian, karena ketika kita selalu mengingat kematian maka kita akan berusaha mengikhlaskan setiap ibadah yang kita kerjakan. Kita akan merasa khawatir ketika kita berbuat riya' sementara ajal siap menjemput tanpa minta izin atau permisi terlebih dahulu. Sehingga kita merasa khawatir meninggalkan dunia bukan dalam keadaan husnul khatimah (baik akhirnya) tapi su'ul khatimah (jelek akhirnya).
3.      Kita harus banyak berdo'a dan merasa takut dari perbuatan riya', dan  Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita do'a yang dapat menjauhkan kita dari perbuatan syirik besar dan syirik kecil.
4.      Kita harus memperbanyak mengerjakan amalan shalih. Berusahalah terus memperbanyak amalan shalih, baik dalam keadaan sendirian atau pun dihadapan orang lain. Karena tidaklah dibenarkan seseorang meninggalkan suatu amalan yang mulia karena takut riya'. Dan Islam menganjurkan umat untuk berlomba-lomba memperbanyak amalan shalih. Bila riya' itu muncul maka segeralah ditepis dan jangan dibiarkan terus menerus karena itu adalah bisikan setan.

________o0o________