MAKALAH
“BERBICARA”
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas
Dasar Keilmuan Bahasa Indonesia, yang di bina oleh :
Bpk.Wakhid Khoirul Ikhwan, S.S, M.Pd
Nama Anggota Kelompok
Lutvi
Anggraini (120611100004)
Erica
Agustina (120611100003)
Atabika
Ramadhan (120611100007)
Program Studi PGSD
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Oktober
2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena tanpa berkat dan
rahmat-Nya, mungkin kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Terlantun sholawat dan salam untuk imam besar kita semua Nabi
Muhammad SAW. Rasa terimakasih juga banyak terucap kepada Bpk. Wakhid Khoirul Ikhwan,
S.S, M.Pd, selaku
dosen matakuliah Dasar Keilmuan Bahasa Indonesia. Tak lupa juga ucapan terima
kasih kami berikan kepada teman-teman yang selama ini saling membantu dan
mendukung dalam pengerjaan makalah ini.
Adapun
makalah yang berjudul “Berbicara” ini
berisi uraian-uraian mengenai , pengertian berbicara, wawancara, berpidato, mendongeng dan pembawa
acara. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Atas semua kesalahannya kami ucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya.Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi kami sebagai
penulis maupun bagi pembaca.
Bangkalan,20
Oktober 2012
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.1 Pengertian
Berbicara
3
2.2 Wawancara
4
2.4 Berpidato
5
2.5 Mendongeng
7
2.6 Pembawa Acara
7
BAB III PENUTUP
9
3.1 Kesimpulan
9
3.1 Saran
10
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari
kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar
manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia.
Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran
dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang
bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih
mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa. Berbicara
merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal
balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara didalam
kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan
pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus
terlebih dahulu didasari oleh :(1) kemampuan mendengarkan, (2) kemampuan
mengucapkan, dan (3) penguasaan (relatif) kosa kata dan ungkapan yang
memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa latihan
berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan menyimak yang didalam
kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan. Target yang hendak dicapai dalam
hal ini adalah kemampuan dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan (berkomunikasi)
langsung sebagai fungsi utama bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas
yaitu:
d Apakah
yang dimaksud dengan berbicara?
d Apa
yang di maksud dengan wawancara?
d Apa
yang di maksud dengan berpidato?
d Apa
yang di maksud dengan mendongeng?
d Apa
yang di maksud dengan pembawa cara?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
Adapun tujuan rumusan masalah yang kami
bahas yaitu:
d Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan berbicara.
d Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan wawancara.
d Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan berpidato.
d Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan mendongeng.
d Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan pembawa acara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berbicara
Menurut
Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu
sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)
yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif,
secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting
bagi kontrol social. Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses
bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa
lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri).
Unsur-unsur berbicara
d pembicara
d lawan bicara (penyimak)
d lambang (bahasa lisan)
d pesan, maksud, gagasan, atau ide
Tujuan Berbicara
Pada dasarnya, berbicara itu
memiliki tiga maksud utama, yaitu:
d memberitahukan, melaporkan (to inform)
d menjamu, menghibur
(to intertain)
d membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to
persuade)
Ketepatan ucapan (tata bunyi)
d Logat baku tidak bercampur dengan dialek tak
baku.
d Lafal harus jelas dan tegas
d Nafas yang kuat agar dapat menguraikan kalimat yang
cukup panjang atau tidak terputus dalam wicara.
d Tempo (cepat lambat suara) dan dinamik (intonasi,
tekanan, aksen) suara.
d Penghayatan, berbicara memerlukan penjiwaan agar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.
Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
Tekanan
berhubungan dengan keras lemahnya suara, nada berhubungan dengan
tinggi-rendahnya suara, sendi atau tempo berhubungan dengan cepat-lambatnya
berbicara, dan durasi atau jeda menyangkut perhentian. Keempat hal itu harus
dapat dipadukan secara serasi untuk memperoleh intonasi yang baik dan menarik.
Faktor
Nonkebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara
d sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,
d kontak mata atau pandangan harus diarahkan kepada
lawan bicara,
d kesediaan menghargai pendapat orang lain,
d Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
d kenyaringan suara
d kelancaran,
d relevansi atau penalaran,
d penguasaan topik.
2.2 Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab antara
pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat
mengenai suatu hal. Atau suatu cara
untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi degan mengajukan pertanyaan
langsung kepada narasumber atau otoritas.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya,
wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
d Wawancara
bebas
Dalam
wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak
terkendali.
d Wawancara
terpimpin
Dalam
wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.
d Wawancara
bebas terpimpin
Dalam
wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan
wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa
pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus
dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki
seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
d Netral;
artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi
yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh
keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
d Ramah;
artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
d Adil;
artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
d Hindari
ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari
ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana
tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara
untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi
dan pembicaraan agar terarah.
d Bersikap
sopan santun, wajar, dan ramah.
d Dahulukan
pertanyaan yang ringan dan sederhana.
d Bertanya
dengan kalimat yang jelas, dan sesuai dengan topik wawancara.
d Hindari
pertanyaan yang bersifat pribadi.
d Jangan
menyela narasumber, apabila sedang berbicara.
d Selesai
wawancara ucapkan terimakasih.
2.3 Berpidato
Berpidato dalah aktivitas yang dilakukan
sesorang untuk mengungkapkan, ide,
gagasan, pikaran, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Atau juga
sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorientasi guna menyatakan
pendapatnya, memberikan gambaran, tentang suatu hal.
Pidato umumnya melakukan satu atau
beberapa hal berikut ini :
d Menyampaikan
informasi atau pemahaman kepada orang lain (informatif).
d Menghibur
atau menyenagkan hati pendengar, sehingga orang lain senang dengan ucapan yang
disampaikan (rekreatif).
d Meyakinkan
pendengar (argumentatif).
d Membunjuk
atau mempengaruhi pendengar (persuasif).
Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan ketika berpidato, atau berbicara di depan umum agar tidak minder
(nervous) diantaranya :
d Fokus
pada materi yang dibicarakan.
d Menguasai
materi.
d Tidak
perlu intermezzo dan lain-lain, kecuali jika perlu.
d dalam
berpidato atau tampil berbicara di depan umun, naskah pidato penting untuk
menunjang kelancaran dalam menyampaikan materi pidato.
Kriteria berpidato yang baik
d Pidato
yang saklik, yaitu apabila memiliki obyektivitas dan unsur-unsur yang
mengandung kebenaran. Saklik berarti pula adaa hubungan antara yang serasi
antara isi pidato dan formulasinya.
d Pidato
yang jelas, yaitu pembicara harus memilih ungkapan dan susunan kalimat yang
jelas untuk menghindari salah pengertian.
d Pidato
yang hidup, untuk menghidupkan pidati
dapat menggunakan gambar, cerita pendek, atau kejadian-kejadian yang relevan
sehingga memancing perhatian pendengar.
d Pidato
yang memilki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Hendaknya dalam berpidato tujuan harus sering di ulang dalam
rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang merah selama
mendengar.
d Suatu
pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian akan sangat
membosankan.Oleh karenan itu kejadian demi kejadian itu di ungkapkan dalam gaya
bahasa klimaks.
d Pidato
yang dibatasi, orang tidak boleh membeberkan segala soal dalam suatu pidato,
harus dibatasi pada satu atau dua soal yang tertutup saja. Sebab pidato yang
terlalu luas akan menjadi dangkal.
d Pidato
yang mengandung humor, humor dalam berpidato itu perlu, hanya saja tidak boleh
terlalu banyak. Humor itu dapat menghidupkan pidato sehingga memberi kesan yang
tak terlupakan oleh pendengar.
2.4 Mendongeng
Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita
khayalan yang banyak mengadung pesan moral. Dongeng biasanya di ceritakan
secara lisan dan turun-temurun.
d Sebelum
berdongen, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan
d Pertama
kita hurus memilih cerita yang bagus, menarik, dan energik, supaya yang
mendengar ikut bersemangat mendengarnya.
d Memahami
isi cerita dengan baik.
d Menyukai
cerita tersebut, sehingga secara emosional akan terlibat.
d Belajar
improvisasi, baik melalui gerak atau mimik muka, suara, ataupun alat peraga.
d Sesuaikan
dengan waktu yang tersedia, sehingga tidak terkesan di ulur-ulur atau
tergesa-gesa.
d Perhatikan
cara bercerita suatu, gerakan tubuh atau mimik muka
d Improvikasikan
karakter: jiwai isi cerita.
d Ajaklah
pemirsa untuk antusias.
d Dalam
penutup pemirsa di ajak kembali mengingat alur cerita.
d Di
akhir cerita, pesan yang ingin disampaikan diulas tetapi jangan terlalu
menggurui. Ambil hikmah atau moral
cerita.
d Diakhir
cerita, sangat penting untuk menunjukkan perubahan ke mana tokoh protagonisnya
dibawa. Pemirsa harus puas bahwa akhir cerita terasa “pas” dan tepat
2.5 Pembawa Acara
Pembawa acara atau pranataacara, atau
biasa yang disebut master of ceremony yang di singkat MC adalah orang yang
bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin acara dalam panggung
pertunjukan, hiburan, pernikahan, dan acara-acara sejenis.
Pembawa acara biasanya memperkenalkan
peserta atau artis yang segera akan tampil di atas panggung, berdialog dengan
penonton, dan secara garis besar berusaha menjaga tempo acara.
Hal-hal
yang harus diperhatikan pembawa acara
d Mengetahui
situasi pembicaraan/acara.
d Menguasai
kaidah bahasa, seperti kata baku dan tidak baku, kalimat efektif, pelafalan
kata yang benar.
d Menguasai
intonasi dan nada pembicaraan yang tepat dan enak di dengar.
d Mengetahui
dan mampu menggunakan macam-macamteknik berbicara sesuai dengan tujuan
berbicara, seperti menginformasikan, meyakinkan, menggerakkan, membujuk, atau
menghibur.
d Gerak-gerik
penampilan harus luwes, wajar, dan percaya diri.
Dalam
kaitannya dengan penguasaan kaidah bahasa pembawa acara harus menghindari penggunaan
kalimat yang tidak efektif. Salah satu ciri kalimat tidak efektif adalah
kalimat yang tidak di nalah (tidak logis), dan menggunakan kata yang berlebihan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat
menyimpukan bahwa :
1. Berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan
kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan
kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri).
2. Unsur-unsur berbicara
d pembicara
d lawan bicara (penyimak)
d lambang (bahasa lisan)
d pesan, maksud, gagasan, atau ide
3. Wawancara
ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Atau suatu cara untuk mengumpulkan data atau
memperoleh informasi degan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber
atau otoritas.
4. Berpidato
dalah aktivitas yang dilakukan sesorang untuk mengungkapkan, ide, gagasan, pikaran, baik yang direncanakan
maupun tidak direncanakan. Atau juga sebuah kegiatan berbicara di depan umum
atau berorientasi guna menyatakan pendapatnya, memberikan gambaran, tentang
suatu hal.
5. Dongeng
adalah cerita fiksi atau cerita khayalan yang banyak mengadung pesan moral.
Dongeng biasanya di ceritakan secara lisan dan turun-temurun.
6. Pembawa
acara atau pranataacara, atau biasa yang disebut master of ceremony yang di
singkat MC adalah orang yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin
acara dalam panggung pertunjukan, hiburan, pernikahan, dan acara-acara sejenis.
3.2 Saran
Berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting,
karena berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian,
komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan
berbicara didalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni
antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan
menyimak yang didalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan.
Jadi kemampuan dan kelancaran berbahasa lisan atau
berbicara lisan (berkomunikasi) harus di kembangkan dan di ajarkan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Alyandthenongkojajar.blogspot.com
id.shvoong.com>
Halaman Utama Shvoong.
id.wikipedia.org/wiki/pembawa_acara
Srirahayuuis334.wordpress.com/
www.erlangga.co.id>home>sumber
belajar>teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar